Sejarah Alat Musik Tabuh Bedug

Posted by ngunik On Rabu, 02 Februari 2011 0 komentar




Bedug pertama kali dibawa ke Indonesia sekitar abad 15 oleh Laksamana Cheng Ho (pinyin: Zheng He,). Menurut catatan, Cheng Ho melakukan lawatan ke Bumi Nusantara sebanyak 6 kali dari total 7 kali perjalanan muhibah Cheng Ho yang legendaris di rentang tahun 1405 – 1433.

Dari keseluruhan 6 kali ke Bumi Nusantara, kesemuanya mampir di Jawa, dan menurut banyak catatan serta penuturan dari mulut ke mulut, tempat favorit Cheng Ho adalah Jawa. Bahkan menurut hikayat, salah satu jurumudi yang dijuluki Kyai Juru Mudi yang bernama asli Wang Jinghong yang kemudian dilafalkan menjadi Dampo Awang karena pengaruh bahasa setempat – meninggal dunia di Semarang karena sakit dalam salah satu perjalanan muhibah itu.

Sudah ribuan tahun di China alat tabuh satu ini dekat dengan keseharian masyarakatnya. Dari kuil-kuil, biara, istana-istana para dinasti, militer, ritual keagamaan, budaya dan masih banyak lagi.

Alat musik tabuh ini bisa juga disebut dengan drum, walaupun dalam bayangan kita drum adalah alat musik barat yang modern. Red-drum salah satu yang paling banyak disebut dalam sejarah China. Di China, red-drum selalu menjadi simbol kekuatan penguasa dan nasib tentara. Drum dibawa keluar setiap kali ada upacara atau festival. Pernikahan dan pemakaman dan semua acara-acara seremonial banyak yang ditandai dengan memukul drum.

Kapan nama bedug mulai digunakan, tidak ada yang tahu. Dan kayaknya hanya di Indonesia-lah nama bedug digunakan ,asal jangan kemudian diaku-aku juga bedug milik Malaysia. Bedug nanti bisa menjadi seperti batik, wayang, reog dsb, yang memang asli Indonesia, tapi karena di Indonesia sendiri kita semua bersikap take it for granted, jadilah tetangga sebelah yang mengaku-aku, mengklaim itu semua milik mereka tanpa kita berbuat apa-apa. Di masa Orde Baru, bedug sempat dikeluarkan dari surau dan mesjid karena dinilai mengandung “unsur non Islam” dan digantikan dengan speakerisasi besar-besaran di seluruh penjuru Indonesia sampai sekarang. Belakangan ketika Orde Baru jatuh, bedug mulai banyak dilirik kembali dan pamornya pelahan kembali, walaupun tidak seperti dulu lagi.