Ada trend baru yang melanda pemuda Mesir; menikahi perempuan tua berkewarganegaraan asing. Trend itu terjadi pada kawasan pariwisata Mesir yang umumnya berada di utara atau dekat laut Merah.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Keluarga dan Populasi Mesir tren tersebut mengalami kenaikan sangat signifikan. Rentang Tahun 2001-2002, tren tersebut hanya mencapai 5 persen dari keseluruhan pernikahan yang tercatat.
Prosesentase itu meningkat 600 persen menjadi 29 persen di tahun 2002. Memasuki rentang tahun 2004-2005, tren meningkat menjadi 30-33 persen. "Pada tahun 2010, tren tersebut mencapai 17 ribu kasus," papar Dr. Izat Ashmawi, ketua tim peneliti Kementerian Keluarga dan Populasi Mesir seperti dikutip Al Arabiya, Ahad (23/1).
Masih dari sumber yang sama, kebanyakan pemuda Mesir yang menikahi perempuan berumur bekerja dibidang pariwisata, sebut saja, pemandu unta dan pemandu wisatawan yang menaiki kapal pelintas sungai Nil.
"Usia tidak akan menjadi masalah bagi saya. Hubungan kami terbangun melalui pertemanan yang berkembang menjadi pernikahan," papar pemuda Mesir yang menikahi perempuan asal AS yang berusia lebih tua dari dirinya. Pemuda itu juga mengatakan istrinya begitu menerima dia apa adanya tanpa melihat latar belakang.
Mengapa ia mau menikah dengan perempuan lebih tua, warga asing pula, bukan gadis dari negaranya "Terlalu mahal dan berat menikahi perempuan Mesir," katanya.
Hamdi Abdul al-Adhim, seorang pakar Ekonomi membenarkan bila tren pemuda Mesir yang menikahi perempuan berumur lebih tua akan mendatangkan keuntungan berlipat. "Pemuda Utara Mesir memiliki kesempatan mewujudkan mimpi mereka melalui pernikahan.
Hanya dengan cara itu mereka bisa membangun rumah dan memiliki kendaraan pribadi," papar dia. Al-Adhim menambahkan sangatlah mustahil bagi pemuda Mesir yang kebanyakan tidak memiliki kekuatan finansial yang mencukupi untuk menyunting perempuan Mesir.
"Kebanyakan keluarga dari pihak perempuan mengharapkan apartemen dan emas sebagai mahar. Sementara perempuan tua hanya mengharapkan perhatian mengingat kondisi psikologis di usia mereka," paparnya.
Suhair Sind, Kepala Pusat Riset Kriminal dan Sosial mengatakan tren semacam itu secara sosial hanya menguntungkan kaum laki-laki saja. Disisi lain, efek negatif yang ditimbulkan adalah banyak perempuan Mesir yang akhirnya memutuskan untuk tidak menikah."Tentu ini menyeramkan," ujarnya.