Posted by ngunik
On
Selasa, 18 Januari 2011
Dua tahun sebelum Fauzi Bowo terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, beliau kedatangan tamu seorang Kyai yang berasal dari Cirebon.
Dalam pertemuan itu Sang Kyai berkata kepada Fauzi Bowo,
“Kamu mendapat amanah untuk menjaga makam Mbah Priok,” kata Sang Kyai.
“Saya ini kan cuma orang nomor dua. Mestinya tugas itu untuk orang nomor satu,”jawab Fauzi Bowo ketika itu.
Maksud jawaban Fauzi Bowo adalah bahwa saat itu beliau menjadi Wakil Gubernur atau orang nomor dua. Dia berharap tugas menjaga makam Mbah Priok dilakukan orang nomor satu di Jakarta atau Gubernur Sutiyoso.
Selanjutnya Kyai tadi berkata lagi, “Amanah itu untuk Anda.”
Dikisahkan, ketika itu Fauzi Bowo hanya tersenyum mendengar perkataan tersebut. Sambil sedikit bergurau dia bertanya,
“Siapa sebenarnya yang menyuruh saya menjaga makam itu?”Tanya Fauzi.
“Amanah ini datang dari Mbah Priok,”Jawab Sang Kyai.
Dua tahun setelah pertemuan itu, atau tepatnya tahun 2007, Fauzi Bowo terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Kisah itu dituturkan Ustadz H. Ghufron Mubin, warga Lagoa-Koja kepada saya beberapa hari usai tragedi Tanjung Priok.
“Cerita itu sudah lama saya dengar. Bahkan saksi pembicaraan itu masih hidup, “kata Ustadz Ghufron tanpa bersedia menyebutkan nama Sang Kyai tadi.
“Cerita itu menunjukkan bahwa Mbah Priok memang memberi amanah kepada Fauzi Bowo untuk menjaga dan melestarikan makam tersebut. Tetapi memang beberapa hari sebelum tragedi berdarah itu, ayahanda Fauzi Bowo sedang sakit. Sehingga tugas pembongkaran makam dilakukan wakilnya yaitu Prijanto,” lanjutnya.
“Tragedi Tanjung Priok itu sendiri terjadi bertepatan dengan meninggalnya ayahanda Fauzi Bowo,” katanya lagi.
Sebagaimana diketahui, ayahanda Fauzi Bowo yang bernama H. Djohari Bowo tutup usia pada Rabu 14 April 2010 pukul 13.45 WIB dalam usia 87 tahun.
Lantas, adakah kaitan dengan peristiwa tragedi Tanjung Priok?
Jawaban atas pertanyaan ini dikemukakan Malik Ibrahim, warga Cilincing, Jakarta Utara.
Dia berkata bahwa ada hikmah yang dapat diambil antara terjadinya tragedi Tanjung Priok dengan wafatnya ayahanda Gubernur DKI Fauzi Bowo.
“Saya menilai musibah yang dialami Fauzi Bowo dapat diambil hikmahnya, yaitu agar dia dapat merenungkan bahwa sebagai anaknya tentu dia tidak menginginkan makam ayah yang dicintainya itu akan digusur kelak di kemudian hari,” katanya.
“Siapapun orangnya tentu tidak menginginkan makam keluarga kita hilang lenyap lantaran penggusuran,” lanjutnya.
Menanggapi pesan gaib Mbah Priok tadi, Malik Ibrahim menuturkan bahwa hal itu bukan sesuatu yang aneh.
“Pesan gaib itu mengingatkan saya pada cerita mengenai upaya pencurian jasad Rasulullah SAW di zaman Perang Salib,” katanya.
“Ketika Sultan Nuruddin Zangki berkuasa di Mosul, Irak, beliau pernah bermimpi mendapat amanah dari Rasulullah SAW untuk menjaga makamnya,” lanjutnya.
Malik mengisahkan bahwa Sultan Nuruddin Zangki mendapatkan mimpi itu berulang kali. Beliau kemudian menceritakan mimpinya kepada para pembesar istana. Tetapi tidak ada jawaban yang pasti mengenai tafsir mimpi tersebut.
Namun, salah seorang pembesar istana menyarankan agar Sultan Nuruddin menunaikan ibadah umroh dan menetap untuk sementara waktu di Madinah. Saran tersebut disetujui Sultan Nuruddin.
Pada saat Sultan Nuruddin menunaikan umroh, beliau menyamar sebagai rakyat biasa. Hal itu dilakukan agar dirinya dapat mengamati dengan seksama masyarakat yang ada di Kota Madinah.
Setelah beberapa waktu berada di Kota Madinah, Sultan Nuruddin berhasil mengungkap upaya keji pihak musuh yang berupaya mencuri jasad Rasulullah SAW melalui sebuah terowongan bawah tanah.
Sultan Nuruddin Zangki hidup di abad 12 Masehi pada saat Perang Salib sedang mencapai puncaknya. Sultan berhasil mengungkap konspirasi jahat itu berdasarkan sebuah mimpi yang berisi sebuah pesan gaib dari Rasulullah SAW.
“Itulah sebabnya, saya yakin pesan gaib Mbah Priok untuk Fauzi Bowo merupakan amanah suci yang harus dilaksanakan beliau,” kata Malik.
Lebih jauh dikatakan bahwa akal pikiran manusia seringkali menolak cerita-cerita semacam itu. Tetapi pada kenyataannya, interaksi antara orang yang sudah meninggal dengan orang yang masih hidup masih sering terjadi.
“Bagaimana jika amanah itu tidak dapat dilaksanakan?” Tanya saya.
“Secara persisnya saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Tetapi pada intinya selalu ada hikmah di balik setiap musibah. Kebetulan saja, musibah yang menimpa Fauzi Bowo bersamaan dengan musibah di Tanjung Priok,” Jawabnya.